Do’s & Don’ts Menumbuhkan Kebiasaan Makan yang Baik

Nutrisi yang baik sangat penting untuk mendorong anak-anak saat mereka tumbuh.
Tetapi memulainya dengan makanan yang benar juga menjadi dasar bagi gaya hidup sehat yang akan terbawa hingga dewasa.
Anak-anak mempelajari kebiasaan sehat ini melalui pengalaman langsung dengan makanan dan dengan memperhatikan orang lain.

Lalu bagaimana caranya membangun kebiasaan makan yang baik?

1.
Don’ts: Membebaskan anak memilih apa yang hendak dimakan.
Do’s: Memberikan opsi dengan batasan yang jelas.

Orang tualah yang mengontrol jalur suplai makanan anak, bukan sebaliknya.
Parents memutuskan makanan mana yang akan dibeli dan kapan menyajikannya.
Meskipun anak-anak akan meminta makanan yang kurang bergizi, orang dewasa harus bertanggung jawab ketika memutuskan makanan mana yang secara teratur disimpan di rumah.
Anak-anak tidak akan kelaparan. Mereka akan makan apa yang tersedia di lemari dan lemari es di rumah.

Dari makanan yang Parents tawarkan, anak-anak dapat memilih apa yang akan mereka makan atau tidak makan sama sekali juga berapa banyak yang mereka inginkan.
Anak-anak perlu memiliki beberapa pendapat dalam masalah ini.
Ini mungkin tampak seperti sedikit terlalu banyak kebebasan.
Tetapi jika Parents sudah mengatur suplai makanan, anak-anak hanya akan memilih dari makanan yang Parents beli dan sajikan.

2.
Don’ts: Mengharuskan anak menghabiskan semua isi piring.
Do’s: Mengajarkan anak mengenali sinyal lapar & kenyang tubuh mereka.

Jangan berharap anak-anak Parents makan sebanyak yang orang dewasa.
Ukuran porsi mereka sebanding dengan usia dan ukuran tubuh mereka.
Biarkan anak-anak berhenti makan ketika mereka merasa sudah cukup kenyang.
Banyak orang tua tumbuh di bawah aturan ‘piring bersih’ yaitu ahrus menghabiskan semua makana yang tersedia di piring.
Tetapi pendekatan itu tidak membantu anak-anak mendengarkan tubuh mereka sendiri ketika mereka merasa kenyang.
Terimalah fakta bahwa anak-anak akan melahap beberapa makanan dan membiarkan yang lain tidak tersentuh.
Dengan beberapa pengecualian, anak-anak biasanya makan sesuai dengan rasa lapar mereka.
Ketika anak-anak memperhatikan dan merespons perasaan kenyang, mereka cenderung tidak makan berlebihan.
Mereka pun akan lebih menghargai tubuh mereka.

3.
Don’ts: Menjadikan jajanan atau makanan penutup sebagai reward.
Do’s: Beri kesempatan anak untuk menikmati jajanan sesekali.

Makanan bukanlah cinta.
Temukan cara yang lebih baik untuk mengatakan “Aku mencintaimu.”
Ketika makanan digunakan untuk menghargai anak-anak dan menunjukkan kasih sayang, mereka mungkin mulai menggunakan makanan untuk mengatasi stres atau emosi lainnya.
Tawarkan pelukan, pujian, dan perhatian alih-alih suguhan makanan.

Jadwalkan waktu makan dan camilan secara teratur.
Jika camilan favorit mereka tidak terlalu bergizi, Parents masih bisa membelinya sesekali agar mereka tidak merasa kekurangan.

Juga jangan jadikan makanan penutup atau jajanan sebagai alasan utama untuk makan malam.
Ketika makanan penutup adalah reward untuk makan malam, anak-anak secara alami lebih menghargai cupcake daripada brokoli.
Cobalah untuk tetap netral tentang makanan.

 

Anak-anak melakukan seperti yang Anda lakukan.
Jadilah panutan dan makan sehat sendiri.
Saat mencoba mengajarkan kebiasaan makan yang baik, cobalah untuk memberikan contoh terbaik.
Pilih camilan bergizi, makan di meja makan, dan jangan melewatkan waktu makan.
Parents juga bisa melibatkan anak dalam proses berbelanja dan memasak agar mereka bisa lebih menghargai makanan yang tersaji di meja makan.

 

Berbagai sumber.